PENELITIAN KORELASIONAL
Penelitian korelasional mencoba untuk menentukan apakah dan bagaimana tingkat adanya hubungan antara dua variabel atau lebih variabel terukur. Tujuan dari penelitian korelasional untuk mengetahui adanya hubungan atau untuk menggunakan hubungan dalam membuat prediksi. Studi hubungan biasanya mempelajari sejumlah variabel yang diyakini terkait dengan variabel, kompleksitas, seperti prestasi. Variabel yang ternyata tidak memiliki keterkaitan dieliminasi dari pertimbangan lebih lanjut, variabel yang sangat berhubungan akan berpengaruh dalam sebab akibat atau eksperimental untuk menentukan apakah ada hubungan yang sebab akibat. Misalnya, fakta bahwa ada hubungan antara konsep diri dan prestasi yang berarti bahwa konsep diri "menyebabkan" prestasi atau prestasi yang "menyebabkan" konsep diri. Hubungan yang nampak hanya menunjukkan bahwa siswa dengan konsep diri yang lebih tinggi, memiliki tingkat prestasi yang relatif bagus dan siswa dengan konsep diri yang rendah memiliki tingkat prestasi yang lebih rendah dari pencapaian yang diharapkan. Dari fakta bahwa dua variabel yang sangat berhubungan, orang tidak dapat menyimpulkan variabel yang satu adalah penyebab dari yang lain, mungkin ada faktor ketiga yang menjadi penyebab kedua variabel tersebut memiliki hubungan. Misalnya, itu kenyataan hubungan tertinggi antara pendidikan tinggi dan lamanya beraktifitas di sekolah dan pendapatan pada usia 40 tahun (dua variabel terukur). Gangguan untuk menyimpulkan jika lamanya beraktifitas di sekolah akan membuat banyak uang, kesimpulan ini belum tentu benar. Mungkin ada variabel ketiga, seperti motivasi, yang "menyebabkan" orang yang lama beraktifitas di sekolah dan melakukan dengan baik dalam pekerjaan mereka. Yang terpenting titik yang perlu diingat adalah bahwa penelitian korelasional tidak pernah menetapkan hubungan sebab-akibat, hanya hubungan antar variabel saja.
Terlepas apakah hubungan itu adalah hubungan sebab-akibat, adanya prediksi premis hubungan yang tinggi. Misalnya, nilai ketika SMA dan nilai yang di peroleh di Perguruan Tinggi sangat terkait; siswa yang memiliki nilai rata-rata tinggi di SMA cenderung memiliki nilai rata-rata tinggi di perguruan tinggi, dan siswa yang memiliki nilai rata-rata rendah di SMA cenderung memiliki dilai rata-rata rendah di perguruan tinggi, Oleh karena itu nilai rata-rata di SMA dapat digunakan untuk memprediksi IPK di perguruan tinggi. Tingkat hubungan antara dua variabel umumnya dinyatakan sebagai koefisien korelasi, yang merupakan angka antara 00 dan 1,00. Dua variabel yang tidak berhubungan akan menghasilkan koefisien dekat 00, dua variabel yang sangat terkait akan menghasilkan koefisien 1,00 dekat. karena hubungan yang yang sangat sedikit yang sempurna, prediksi jarang sempurna, Namun, bagi banyak keputusan, prediksi berdasar pada hubungan yang diketahui sangat berguna.
Berikut adalah contoh dari penelitian korelasi yang khas;
1. Hubungan antara kecerdasan dan kretifitas.
Skor pada tes kecerdasan dan pada tes kreativitas
akan diperoleh dari setiap anggota kelompok tertentu. Dua set nilai akan
berkorelasi dan koefisien yang dihasilkan akan menunjukkan derajat hubungan.
2. Hubungan antara kecemasan dan
prestasi.
Skor pada skala kecemasan dan pada tes prestasi akan diperoleh dari setiap anggota kelompok.
Skor pada skala kecemasan dan pada tes prestasi akan diperoleh dari setiap anggota kelompok.
3. Penggunaan tes bakat untuk memprediksi keberhasilan dalam kursus
aljabar.
Skor pada tes bakat aljabar akan berkorelasi dengan
keberhasilan utama dalam aljabar yang diukur dengan nilai ujian akhir,
misalnya, jika koefisien yang dihasilkan cukup tinggi, tes bakat akan dianggap
sebagai prediksi yang baik.
********************************to be continue*************************